Pupuk Alami, Siasat Masyarakat Blau dalam Beternak

0

Tidak asing lagi jika beberapa masyarakat desa hari ini masih memiliki hewan ternak. Memiliki hewan ternak memang dapat menguntungkan dari segi ekonomi. Namun, seringkali terbesit dalam pikiran kita bahwa ada rasa enggan untuk memiliki hewan ternak karena bau kotorannya yang tidak sedap. Apalagi jika kandang hewan ternak berada di sekitar lingkungan rumah. Perlu diingat bahwa kotoran yang tidak dibersihkan bisa menjadi sumber penyakit.

Lantas, bagaimana masyarakat yang beternak menyiasati kondisi ini?

Blau menjadi salah satu tempat yang masyarakatnya masih memiliki mata pencaharian sebagai peternak. Dusun Blau masuk dalam kawasan Desa Permanu, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Di samping menjadi petani, mayoritas masyarakatnya juga memiliki hewan ternak, seperti sapi, kambing, ayam, kelinci, dan lain-lain.

Uniknya, mereka beranggapan bahwa memiliki ternak seolah menjadi sebuah kewajiban. Ada semboyan unik yang selalu mereka ingat, “Kalau nggak punya ingon-ingonan seperti punya hutang”. Ingon-ingon ialah hewan ternak. Artinya, masyarakat Blau menjadikan hewan ternak sebagai investasi mereka.

Masyarakat Blau melakukan inovasi lewat kotoran hewan ternak menjadi pupuk alami. Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari pemerintah desa untuk mengelola kotoran hewan menjadi pupuk, sayangnya masyarakat belum mengaplikasikan hasil sosialisasi tersebut. Mereka menganggap bahwa cara pengolahan pupuk tersebut terlalu memakan banyak waktu. Sedangkan, ada pekerjaan lain yang harus mereka selesaikan. Oleh karena itu, mereka cenderung menggunakan metode sederhana.

BACA :  Dulu Gersang, Kini Rindang: Kisah Desa di Gresik yang Bangkit dari Kekeringan

Namun sekarang oleh warga kotoran hewan ternak dijadikan pupuk alami untuk tanaman palawija dan tebu. Hasilnya, kualitas hasil panen ketika menggunakan pupuk alami ini lebih baik dibandingkan pupuk kimia. Pupuk kotoran hewan ternak ini dianggap sebagai jamu untuk tanaman mereka.

Author: Yayuk Windarti